Jumat, 27 Februari 2009

Waspadalah !!!!!!!

Setiap hari Jumat di masjid tempat saya bekerja pasti ada pasar dadakan. Kami biasa menyebutnya "Pasar Jumat". Di situ berbagai jenis barang diperjualbelikan, mulai dari pakaian, aksesoris HP, obat-obatan (entah sudah ada ijin dari Depkes ataun belum saya tidak tahu), film DVD maupun MP3, dan lain- lain.

Memang harga yang ditawarkan cukup "murah" bila dibandingkan dengan barang yang dijual di toko-toko. Untuk pakaian ada beberapa merk terkenal, tp label yang ada di bawah kerah baju pasti disobek. Dengan alasan kalau ketahuan toko pakian / counter resmi akan di razia.

Untuk obat-obatan cuku bervariasi, mulai dari obat kulit, obat masuk angin, sampai obat kuat "alami" dijual dini. Memang untuk obat-obatan yang ditawarkan merupakan berbahan baku akar/tumbuh-tumbuhan. Yang mereka sebut obat tradisional. Banyak sekali warga yang berminat di "lapak" ini. Entah mereka cuma melihat-lihat saja, atau ada juga yang bertanya khasiat obat yang ditawarkan.
Di lapak ini, saya punya pengalaman tersendiri. Saya sebenarnya cuma menunggu teman yang sedang berbelanja pakaian. Tiba-tiba penjual obat gosok menghampiri saya dan mengurut tangan kanan saya. ternyata dia tidak sendiri, ada dua orang lagi yang sedang menurut dua pasien. Kedua orang itu memang lebih tua, tapi yang menghampiri saya ini masih muda, kira-kira berumur 24 tahun. Pada mulanya saya tidak curiga sama sekali, karena saya pikir lumayan dapa pijat gratis. Setelah tangan saya di urut, kemudian diolesi minyak yang katanya khas dari daerah Madura. Ngobrol sedikit, ternyata yang penjual berasal dari daerah Madura. Sambil tangan kanan saya dipijit, sang pemijat tadi berkata sambil sedikit promosi obatnya yang saya lihat bentuknya dari cairan, tapi begitu dipegang tidak cair. Warna dan jenisnya hampir mirip dengan air raksa.
Kemudian dia mengoleskan minyak tersebut di tangan dan punggung saya, setelah beberapa menit dipijat, orang tersebut berbicara yang intinya meminta bayaran. Langsung saja saya menolaknya dengan alasan saya tidak meminta untuk diobatin. Karena memang pada awalnya saya yang dipaksa untuk di pijat, dan saya juga tidak ditawari pemakaian obat tersebut. Setelah bersitegang beberapa lama, bapak-bapak yang juga menjual obat (kemungkinan ayah dari orang yang memijit saya) mengatakan untuk memberikan secara sukarela. setelah saya tanya berapa onkos yang harus saya bayarkan sejumlah Rp. 85.000,oo. Walah, mahal amir..... saya kasih saja uang Rp.20.000, 00. ya hitung-hitung bayar ongkos pijat.

Tidak ada komentar: