Front Perjuangan Rakyat (FPR) akan melakukan aksi serempak di 23 kota memperingati Hari Buruh se-Dunia (May Day) 2008 . Pesan yang diusung dalam peringatan May Day 2008 ini adalah; "turunkan harga sembako, hapus outsourcing, tolak sistem kerja kontrak, laksanakan reforma agrarian sejati, dan sediakan lapangan pekerjaan dengan upah layak!".
" Krisis harga pangan yang kian mencekik kehidupan rakyat menjadi faktor yang memersatukan gerakan rakyat. Dalam siaran persnya, FPR menyatakan bahwa krisis kali ini merupakan akumulasi dari berbagai krisis ekonomi dunia akibat keserakahan imperialisme. Spekulasi keuangan dan perdagangan internasional yang menyeret naiknya harga minyak mentah serta berdampak pada harga-harga pangan dunia memaksa rakyat bekerja lebih lama, dengan beban yang lebih berat, namun hanya mendapatkan upah yang jauh lebih rendah.
Parahnya, kebijakan pemerintah SBY-Kalla justru memperburuk kehidupan rakyat Indonesia. "Kebijakan-kebijakan SBY-Kalla telah menyebabkan kebangkrutan ekonomi di Indonesia dan memaksa buruh-buruh bekerja dengan upah rendah dan rawan PHK," jelas Muhammad Ali dari Gabungan Serikat Buruh Independen.
Rahmat, dari Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) menyatakan krisis juga telah mengancam kedaulatan pangan rakyat. Kenaikan harga pangan saat ini sesungguhnya merupakan beban yang sangat berat bagi buruh-tani dan tani miskin. Bukannya mengamankan akses pangan rakyat, SBY malah mengekspor beras. "Mereka adalah konsumen pangan dengan daya beli paling rendah", jelas Rahmat. Kaum tani Indonesia menuntut reforma agraria sejati dan perlindungan terhadap produk-produk pertanian domestik.
Pengangguran dan ekspor tenaga kerja
Menurut Front Perjuangan Rakyat, "bagi pemuda dan mahasiswa, krisis ini tidak hanya telah melangitkan biaya pendidikan, melainkan juga telah menyebabkan membanjirnya angka pengangguran usia produktif di Indonesia. Semakin banyak anak-anak usia sekolah yang terlempar ke jalanan, bekerja di sektor-sektor terburuk, yang mengancam keselamatan, kesehatan, pertumbuhan fisik, dan perkembangan jiwa. "Sekolah gratis dan kuliah murah adalah tuntutan kami," tegas Shohib Anshary dari Front Mahasiswa Nasional.
Krisis juga telah menyebabkan negara kian bergantung pada ekspor tenaga kerja dan pemaksaan migrasi. Pendapatan yang berlipat karena beban biaya berlebih (overcharging) adalah modus utama dari rejim SBY-JK untuk menyelamatkan kekuasaannya. Hal ini menyebabkan seratus persen buruh migrant indonesia terjebak dalam beban biaya berlebih dan terpuruk dalam dilemma perbudakan utang.
Enny Lestari dari Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia di Hong Kong menuntut pemerintah untuk segera meratifikasi Konvensi PBB tentang Perlindungan hak Buruh Migran dan Keluarganya serta menghapuskan seluruh biaya berlebih yang dibebankan kepada buruh-buruh migrant Indonesia.
Persatuan Buruh dan Tani
"Krisis yang kian memburuk ini mendorong lahirnya persatuan di kalangan rakyat. Rudi K. Dzaman, Koordinator FPR menyatakan, "Pada May Day kali ini kami mengajak seluruh rakyat untuk memperingati Hari Buruh se-Dunia dengan persatuan Buruh dan kaum Tani melawan rejim anti-rakyat SBY-Kalla".
FPR yang merupakan gabungan dari berbagai organisasi rakyat dalam skala nasional, seperti Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI), Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Front Mahasiswa Nasional (FMN), Sarekat Hijau Indonesia (SHI), Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia, Migrant Care, GMNK, Hikmabudhi, SB-API, OPSI, GRI, Forum Buruh Cengkareng, dan organisasi-organisa si massa dan organisasi-organisa si non-pemerintah lainnya.
Selain di Jakarta, kota-kota penting di Indonesia yang melaksanakan aksi dalam koordinasi FPR adalah Bandung, Medan, Surabaya, Makasar, Jambi, Palembang, lampung, Jokja, Garut, Purwokerto, Wonosobo, Malang, Jombang, Denpasar, Mataram, Lombok timur, Pontianak, palu, Donggala, Kendari, Bulukumba, Banjarmasin Selain 23 kota di Indonesia FPR juga menggelar aksi yang bersamaan di Macau dan Hongkong. Dalam peringatan hari buruh se-dunia, FPR mengajak seluruh elemen masyarakat sipil untuk terlibat dalam peringatan hari buruh se-dunia 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar